Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut:
1.
Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2.
Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip
pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang
baik.
3.
Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi
yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi
tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif,
seperti ;
a. Percaya pada
orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh
karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan
dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi
kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga,
istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan
dunia dan akherat.
c. Melihat
kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini
tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya.
Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman
yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif,
ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu
katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut
The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan.
Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf,
teman sekerja.
e. Latihan
mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar
dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip;
(5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan
pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali
menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai
kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam
bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2)
kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman
sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan
pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding
perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai
keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam
kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.
Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain.
Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah
bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam
proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan
memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada
bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk
melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan
ketakutan.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip
karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual,
tetapi juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ dan SQ). [1]
Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam
Rukun #1 (Syahadat) : Prinsip
Visioner
Apa yang bisa dimaknai dari syahadat dalam
kepemimpinan? Arti syahadat, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad utusan Allah” sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam.
Pernyataan tersebut merupakan sebuah life mission statement, sebuah pernyataan misi
hidup di mana kita berkomitmen akan terus menjadi hamba Allah dan pengikut nabi
yang setia. Bagi mereka yang memaknai prinsip ini, tentunya akan memiliki
sebuah pandangan di mana segala aktivitas harus dikaitkan dengan sebuah visi
besar: keberhasilan saat pulang ke hadapan Tuhan. Hal ini akan membawa
seseorang untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap aktivitasnya. Sama
seperti pemimpin, maka setiap pemimpin harus memiliki mission statement yang jelas, visi yang jelas, ke
mana dia akan membawa orang yang dipimpinnya. Sebaik – baiknya mission statement bagi individu maupun pemimpin
adalah syahadat.
Rukun #2 (Shalat) : Prinsip Disiplin
Banyak orang shalat hanya sebagai
rutinitas, tanpa dimaknai secara mendalam. Apa makna yang terkandung dalam shalat
bukan hanya sekedar doa yang baik, gerakan yang menyehatkan, hingga mampu
menghindarkan kita dari perbuatan yang buruk.
Shalat melatih kita untuk menjadi
pribadi yang disiplin. Apabila
kita mengikuti aturan mainnya dengan baik. Itulah mengapa shalat memiliki waktu
yang sudah ditentukan, tidak boleh melaksanakan shalat wajib apabila tidak
sesuai dengan waktunya. Hal yang paling penting, salah satu keutamaan shalat
adalah ketika dilaksanakan tepat waktu dan berjamaah di masjid.
Shalat dalam kepemimpinan ibarat sebuah meeting. Ini adalah meeting yang
istimewa, yaitu meeting langsung
dengan Allah. Saat adzan memanggil, akan terlihat mana orang yang memang
disiplin untuk segera memenuhi panggilan tersebut atau mana yang suka menunda –
nunda. Shalat melatih kita untuk tepat waktu dan menepati janji. Shalat tidak hanya bermakna secara
vertikal kepada Tuhan, namun juga berdampak terhadap hubungan kita sesama
manusia.
Rukun #3 (Puasa) : Prinsip Integritas
Sekarang bulan Ramadhan, dan semua muslim
diwajibkan untuk berpuasa. Apa makna puasa bagi seorang pemimpin? Puasa tidak
lain mengajarkan kita untuk memiliki integritas yang tinggi. Siapa yang tahu
bila sekarang saya dan Anda sedang berpuasa? Kita bisa menjawab ‘ya’, namun
hanya kita dan Tuhanlah yang tahu. Puasa membuat kita, baik dilihat atau tidak
dilihat orang, tetap melaksanakan apa yang diperintahkan dengan teguh.
Karakter pemimpin seperti itu pula yang
diharapkan dalam Islam. Tidak hanya puasa, namun perintah lain seperti menjaga
kejujuran, disiplin, perlu ditegakkan baik saat kita dilihat orang atau tidak.
Puasa mengajarkan kita untuk menjunjung dan mentaati nilai moral baik saat ada orang ataupun
tidak ada sama sekali. Inilah
makna integritas yang sebenarnya, dan Islam sudah mengajarkan itu sejak lama
sekali.
Rukun #4 (Zakat) : Prinsip Peduli
Zakat merupakan sebuah aktivitas yang sudah
jelas untuk menumbuhkan kepedulian kita kepada sesama. Makna apa yang bisa
diambil dari zakat ini bukan semata – mata kita memberikan sesuatu yang
diperlukan kepada orang yang kita pimpin, namun bagaimana agar mereka bisa
menjadi seorang yang
lebih baik dan bisa menjadi pemimpin – pemimpin berikutnya. Sama seperti pembagian zakat di masa
Rasulullah di mana zakat bukanlah sekedar membagi – bagikan uang atau beras,
namun bagaimana caranya dengan zakat itu hidup semua umat menjadi makmur dan mereka tidak
meminta – minta lagi.
Peduli itu ibarat kita memberikan kail atau
alat bagi orang yang perlu makan agar mereka bisa mencari makan untuk diri
mereka sendiri.
Saya berkomitmen sebagai pemimpin muslim
(minimal pemimpin diri sendiri), untuk peduli dan memberikan kepada masyarakat ilmu yang
bermanfaat yang
bisa digunakan secara langsung oleh siapapun untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Rukun #5 (Naik Haji) : Prinsip Rendah Hati
Naik haji merupakan sebuah aktivitas total
bagi seorang muslim yang mampu untuk mempersiapkan harta, fisik, dan mental
mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Apa yang saya ambil dari naik haji,
selain memerlukan pengorbanan, dapat juga dilihat bahwa haji sesungguhnya
mengajarkan nilai – nilai kesetaraan.
Tidak peduli siapapun diri kita, darimana
kita berasal, ataupun warna kulit kita, semua umat nabi Muhammad ada pada
derajat yang sama. Hal yang membedakan hanyalah ketaqwaannya. Prinsip inilah yang biasanya paling sulit ada
di hati seorang pejabat atau pemimpin tingkat tinggi. Sebagai seorang pemimpin, terbesit
keinginan untuk selalu disanjung, dipuji, disambut, dihormati, atau
diperlakukan ‘tinggi’ dibandingkan dengan rata – rata orang pada umumnya.
Rasulullah dan sahabatnya pun mencontohkan
hal ini dengan sangat baik. Seperti naik haji, tidak semua pemimpin mampu
melakukan ini. Rasulullah dan sahabat walaupun pemimpin umat, bisa hidup mewah
dan kaya raya, mereka memilih untuk sederhana dan mengabdikan diri kepada
rakyatnya. Jika digambarkan, mereka adalah pemimpin yang apabila ada tantangan
yang menghadang, merekalah yang pertama memikirkan. Jika ada kebahagiaan, maka
mereka yang terakhir menikmatinya. Sungguh pemimpin yang sangat luar biasa.
Itulah 5 hal dari rukun Islam yang ternyata
mengandung 5 makna kepemimpinan yang luar biasa. Saya pun telah mencoba
‘khasiat’ dari 5 butir kepemimpinan Islam ini dan dampaknya sangat terasa baik
dari peningkatan produktivitas diri maupun tim yang saya pimpin. Anda bisa
menerapkan ini untuk pribadi Anda agar menjadi pemimpin yang lebih baik.[2]
Terimskasih sedekah ilmunya,jazakumullah.terus berkarya dan bangga dengan nilai2 luhur ajaran ulama kita yg 'alim sholeh',mulai dari wali 9 hingga ulama sekarang yg tetep menuruskan misinya
BalasHapus