Selasa, 27 September 2016

Definisi dan Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Islam


 
Jika Anda memberikan seekor ikan kepada seseorang, berarti Anda hanya memberikan makan untuk sehari saja. Akan tetapi, jika Anda memberikannya kail, berarti Anda telah memberikannya makan sepanjang hidupnya. Ketika Anda mengajarinya cara membuat kail, berarti Anda telah memberikannya sebuah kehidupan baru dan bukan hanya makanan.
Steven R. Covey

 Tragedi

   Ketika kita berbicara tentang cara mencetak pemimpin, kita harus menemkan subjek kepemimpinan itu. Subjek yang kita maksud adalah manusia. Manusia selalu hidup dalam pergolakan yang terus menerus ada dalam dirinya sepanjang hari. Terkadang dia tidak sadar bahwa rutinitas hidupnya bisa membuatnya meraih kemajuan dan terkadang bisa membuatnya terbelakang.
          
   Pertama, tidak jelasnya tujuan. Banyak kaum Muslimin yang menjalankan hidupnya tanpa merasa memiliki tujuan mulia yang harus diraih. Mereka lebih disibukan oleh usaha memenuhi berbagai kebutuhan dasar mereka. Mereka seperti mengharapkan kemenangan dalam persaingan sengit, yang sudah pasti di dalamnya akan ada yang kalah. Hal itu yang membuat mereka berada di bawah tekanan kebutuhan serta hal-hal kecil yang mereka anggap sebagai sesuatu kebutuhan primer.

Irama keraguan 

   Tatkala seseorang kehilangan kesadaran akan identitas dirinya, mereka akan menjadi sosok tidak bermakna dan selalu terbelakang. Dia hanya menyenandungkan irama keraguan.

Aku datang tanpa tahu asalku dari mana?
Tapi aku telah datang. Kakiku telah berpijak di jalanan,
Maka aku berjalan, dan aku akan tetap berjalan, suka atau tidak suka.
Bagaimana aku datang? Bagaimana aku menemui jalanku?
Aku tidak mengetahuinya.

kegersangan Jiwa

   Kedua, kita menderita kelemahan yang luar biasa terhadap sesuatu yang wajib bagi kita yang oleh karenanya kita diciptkan. Kita mendapatkan perilaku kita sehari-hari berlangsung dalam kegersangan jiwa. Kebanyakan manusia mengganti kekurangan itu dengan melakukan tindakan-tindakan konsumtif yang berlebihan. Sebagaimana kuatnya keinginan mereka untuk mengoleksibarang-barang berharga seperti membeli perhiasan, vila laksana istana dan mobil-mobil mewah.

   Di sejumlah negara Islam, seseorang pegawai dengan tingkat pendapatan menengah, harus menabung gajinya selama dua puluh tahun untuk bisa memiliki rumah untuk keluarganya. Lalu bagaimana halnya, jika pendapatannya dari gaji itu tidak cukup untuk menutupi kehidupannya? jalan terakhirnya adalah mencari pinjaman.

Masalah dari Segala Masalah

   Ketiga, masalah dari segala masalah bagi generasi muda Islam adalah pengangguran. Masalah ini melanda hampir semua  negara Islam. Semakin hari, mencari pekerjaan yang bergaji layak semakin sulit. Hingga seorang pakar mengatakan, "Terdapat beberapa generasi yang lahir, lalu menjalani hidup, kemudian mati tanpa mendapatkan pekerjaan yang layak.

Akhirnya

   Demikian tragedi kemanusiaan itu. Atau mungkin hanya sebagian dari tragedi itu. Lalu apa yang bisa memberikan jalan keluar dalam semua masalah itu? kita adalah makhluk yang agung, hidup hanya dalam pengabdian pada sang Khalik. Melebihi gemerincir dinar dan dirham, meski gemerincirnya demikian kencang : "burung-burung tidak akan pernah berkicau selamanya di dalam sangkar".

   "katakanlah : Sesungguhnya shlatku, ibdahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri". 
(al-An'am [16] : 62-63)

   Saat itu, dia tidak ragu-ragu dengan prinsip tadi dan selalu berada di puncak kemuliaan. Kita memiliki jasad, maka sayangi dan hormatilah ia ; satu akal, maka ajarilah ia ; dan satu kehidupak kekal, maka raihlah ia.

Bahan Tertawaan zaman

   Dalam pandangan banyak orang di masa sekarang, mencetak seorang yang berbakat dan seorang yang kreatif ibarat sebuah pertandingan dengan menggunkan sepatu yang terbuat dari semen. Mungkin itulah tragedi zaman sekarang. Kondisi mereka sama persis sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Abdur Rahman Al-Asymawi :

kami tidak hendak melihat matahari di gelap malam,
atau menatap indahnya rembulan di teriknya siang.
Kami tidak hendak melihat barat di ufuk timur
atau melihat kanan di sebelah kiri
Ahh... kami masih memakaikan pakaian Umar pada Zaid,
dan kamu masih melihat kera sebagai kijang

Di antara lelucon dan konterversi itu kita lupa bahwa, diri kita amat kaya dengan berbagi potensi, seperti : Akidah Islam yang murni. Namun potensi itu raib dalam kemelut dan persaingan hidup. Hingga ia tidak mampu membawa dirinya, tenggelam  dalam sesaknya kehidupan dan menghilang di saat ia dibutuhkan.

Tampilannya Sesorang Pemimpin
   
   Pemimpin adalah orang yang berada di depan, seperti seorang penggembala yang menuntun gembalanya dari depan. Demikian itu maknanya secara bahasa sebagaimana disebutkan dalam "Lisanun Arab" 


   Dalam makna itu, kita dapat mengatakan bahwa, posisi pemimpin itu berada di depann. Menjadi petunjuk jalan kebaikan bagi rombongan yang dia pimpin dan pengarah untuk kebaikan mereka.


   Kepala keluarga bertangguang jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dan mengarahkan agar mereka menjadi orang-orang soleh. Guru bertanggung jawab terhadap muridnya. Pemimpin lembaga bertanggung jawab untuk menjalankan lembaga itu agar berhasil. Jika tidak demikian, maka orang-orang yang ikhlas akan menjauhinya, sebaliknya orang-orang pragmatislah yang akan mengelilinya.

  Seorang yang memiliki akal sehat tidak akan mau dipimpin oleh pemimpin yang membawa mereka kedalam kehancuran dan kegagalan, kecuali orang-orang yang tertipu dan orang-orang pragmatis atau oarang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Demikian seorang pemimpin lebih cocok kalau disebut pembimbiing, dan bukan pemimpin.

   kepemimpinan bukan suatu rampasan perang yang dinikmati oleh seorang pemimpin dengan berbagai ungkapan pujian, tetapi itu adalah amanah dan tanggung jawab.

"Kepemimpinan adalah, Aktivitas menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu"

Kepemimpinan terbentuk dari tiga unsur:
  1. Adanya tujuan yang ingin dicapai
  2. Adanya sekelompok manusia
  3. Adanya pemimpin yang memengaruhi dan mengendalikan
"Dari Abdullah bin Umar dia berkata, Rasulullah saw dengan gamblang menyatakan bahwa, setiap orang adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka. Seorang istri adalah seorang pemimpin dirumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harta tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya".

    Abu Hatim berkata, "Sunnah Rasulullah saw dengan gamblang menyatakan bahwa, setiap otang adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Sudah menjadi kewajiban seorang yang menjadi pemimpin untuk selalu menjaga kontrak dengan yang dipimpinnya; Pemimpin manusia adalah para ulama; Pemimpin para raja adalah akalnya; Pemimpin para murid adalah gurunya; Pemimpin anak-anak adalah orangtuanya; Penjaga seorang istri adalah suaminya; Penjaga seorang hamba sahaya adalah tuannya. Setiap manusia yang menjadi pemimpin wajib bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.

   Dari sini kita akan sampai pada difinisi kepemimpinan Islam, yaitu; Usaha menggerakan manusia   untuk mencapai satu tujuan tertentu, baik yang bersifat duniawi ataupun ukhrawi, sesuai nilai dan syariah Islam. 

Adakah difinisi kepemimpinan yang disepakati para ulama?

   Sama sekali tidak ada difinisi kepemimpinan yang disepakati, baik dari kalangan barat ataupun kaum Muslimin. Burns berkata, "Kepemimpinan (Leadership) adalah fenomena-fenomena yang tampak jelas di muka bumi, namun sangat sedikit disadari.

   Apakah setiap orang yang mampu membimbing atau memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan adalah pemimpin? Apakah setiap ulama dan pemikir itu pemimpin? Apakah olaragawan dan seniman juga bisa disebut pemimpin

   Sama sekali tidak! pakar teknologi kelas satu, Bill Gates misalnya, ia memiliki pengaruh yang demikian kuat dalam merealisasikan tujuan. sejak dulu hingga kini, dalam Islam atau selainr Islam, ada beberapa ulama, dai, dan pemikir yang memiliki peran demikian. Akan tetapi, kita tidak bisa mengaggap mereka sebagai pemimpin, karena yang disebut pemimpin adalah seseorang yang menggerakkan orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya untuk menggapai tujuan tertentu, khusus untuk kelompok atau negara.

   Sedangkan, para pemikir atau ulama, mereka bekerja pada wilayah pengamatan. Jika mereka pindah ke wilayah eksekutif (pelaku) aktivitas itu, maka mereka bisa menjadi pemimpin.

   sedangkan para artis, seniman, olahragawan dan lain sebagainya. meskipun mereka memiliki penggemar yang mengagumi mereka, akan tetapi mereka tidak menggerakkan penggemarnya untuk mencapai satu tujuan tertentu.   


Urgensi Kepemimpinan

  1. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan, agar kehidupan menjadi lebih teratur dan keadilan bisa ditegakkan. Sehingga tidak berlaku hukum rimba, dimana yang kuat memangsa yang lemah.
  2. Pentingnya kepemimpinan terletak pada kemampuannya memanfaatkan serta mengolah potensi-potensi yang ada. kepemimpinan adalah kekuatan yang mengarahkan potensi setiap anggota dangan cara yang tepat. Pekerjaan yang menjamin masa depan setiap anggota sesuai ketentuan berlaku.
  3. Mendorong prilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif. seorang pemimpin sama dengan nakoda kapal.
  4. Menguasai sepenuhnya masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan dan menyusun cara-cara yang tepat untuk memecahkannya.
  5. Mempelajari perubahan yang terjadi di sekitar, serta memanfaatkannya untuk kepentingan organisasi.
  6. Mencanangkan strategi yang tepat untuk menggerakkan  anggota ke arah tujuan yang akan dicapai.
  7. Membimbing, melatih dan mengasuh setiap anggota
  8. Mengembalikan keseimbangan dalam hidup. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal ketika melihat diremehkannya orang-orang jujur dan naiknya para pembohong, serta dilimpahkanya urusan-urusan penting kepada yang bukan ahlinya. Dia berkata, "Jika hari ini kalian melihat sesuatu sudah dianggap sama, maka kalian akan terheran-heran. 
   Urgensi kepemimpinan itu terangkum dalam ucapan Al-Afwah al-Awdi (Seorang penyair jahiliyah), dia berkata: 

"Manusia tidak akan baik, jika tidak ada kemuliaan, Tidak ada kemuliaan, jika orang-orang bodoh memimpin. Rumah tidak dibangun kecuali dengan tiang-tiang, jika tidak ada kayu pancang. Jika tiang dan kayu pancang telah tersusun. Pemilik rumah telah mencapai apa yang mereka inginkan".

bersambung...(mengutip buku sukses menjadi pemimpin islam)

2 komentar: